Tulisan ini terinspirasi dari kesadaran saya akan setiap maha karya
kreatifitas manusia di dunia, dari mulai lagu, mitos dan dongeng, hinggaberbagai kreasi lukisan, pahatan serta arsitektur. Apabila kita
perhatikan bagaimana nyaris setiap karya tersebut terinspirasi dari
ataupun bertemakan elemen romansa. Contoh yang paling mudah
ditemukan adalah dalam dunia musik yang sepertinya tidak pernah
kehabisan stok lagu-lagu tentang cinta.
Kenapa ya ?, Dan ternyata ketika saya search, dengan tepatnya
ketemulah jawabannya di artikel ini: Kreatifitas Cinta.
Dalam artikel tersebut menyebutkan, berdasarkan penelitian seorang
psikolog, Jens Forster, dari University of Amsterdam yang berjudul Why
Love Has Wings and Sex Has Not, maka dapat disimpulkan “cinta itu
membuat kita cenderung berpikir lebih besar dan kreatif”.
Wow !, sebegitu hebatkah cinta itu..
Yup, selain itu cinta bagi saya adalah komponen yang membuat dunia ini
hidup, tanpa cinta kita semua mungkin tidak pernah ada didunia ini.
Konon manusia pertama didunia, Adam dan Hawa saling mencintai satu
sama lain sehingga bisa memunculkan keturunan hingga akhirnya kita
bisa terlahir disini. Tentu karena cinta jualah orangtua kita beserta
seluruh orangtua dari orangtuanya kita dst. akhirnya mampu
membesarkan kita semua sehingga kita semua bisa merasakan indahnya
cinta juga. Maka sudah saatnyalah bagi kita untuk berterima kasih
kepada sang pahlawan kita, - cinta. Dengan jalan mensyukurinya, yakni
berupa menebarkan cinta itu ke dalam setiap perbuatan yang kita
lakukan.
Selain daripada itu karena hal-hal tersebut pulalah timbul pertanyaan
dibenak diri saya, “Lantas sebenarnya ada apa sih dengan cinta ?”.
Melalui tulisan sederhana inilah akhirnya saya bermaksud untuk berbagi
dengan Anda semua sedikit tentang perihal cinta yang telah saya
ketahui.
Selamat menyimak...
Darimanakah Cinta Itu Berasal ?
Jika Anda menanyakan darimana cinta itu berasal tentu bisa dijawab
dengan jawaban cinta itu berasal dari takdir Tuhan. Jawaban tersebut
memang benar tetapi tidak memuaskan. :)
Secara ilmiah ini memang agak membingungkan, akan tetapi ilmu
pengetahuan mengatakan, jawabanya adalah jatuh cinta itu berasal dari
hidung lalu turun ke hati. Loh !? Bukan dari mata turun ke hati toh..!!??
Ya, memang begitulah adanya. Perasaan cinta yang kita rasakan muncul
karena di dalam tubuh diproduksi beberapa zat-zat tertentu yang sedikit
membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba. Salah
satu zat ini dinamakan feromon.
Istilah feromon berasal dari bahasa Yunani yaitu “phero” yang artinya
“pembawa” dan “mone” “sensasi” (feromon = pembawa sensasi). Senyawa
feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal
dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk
mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu
proses reproduksi. Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan
oleh kelenjar endokrin pada ketiak, telinga, hidung, mulut, kulit, dan
kemaluan. Feromon aktif apabila yang bersangkutan telah akil balig.
Feromon ini bisa mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh manusia
lainnya (terutama otak). Contoh paling mudah adalah "bau badan". Hus
jangan salah !, lepas dari jenis bau badan menyengat hingga bikin orang
lain menjauh, setiap manusia punya bau yang khas dan menjadi ciri
dirinya. Oleh para ahli dianalogikan bahwa bau badan itu seperti "sidik
jari”. Jadi, kita masing-masing punya bau yang unik dan sangat berbeda
dengan manusia lainnya. Dengan demikian feromon yang dihasilkan
manusia, di masa depan bisa jadi salah satu identitas diri.
Sifat dari senyawa feromon sendiri tidak kasat mata, mudah menguap,
tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia.
Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang
berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan.
Feromon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara
yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan
oleh vomeronasalorgan (VMO) di dalam indra pencium. Sinyal feromon
ini diterima oleh VMO dan dijangkau oleh bagian otak bernama
hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan
respons perilaku dan fisiologis. Menimbulkan rasa ketertarikan antara
dua orang berlainan jenis dengan bekerja sebagai pemicu dalam reaksireaksi
kimia. Ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka
feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif, yaitu VMO, organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan
ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Dari disinilah terjadi
apa yang dinamakan dengan cinta. (he2. tampaknya jadi terdengar
kurang romantis ya..)
Konon kemampuan tubuh untuk menghasilkan feromon berkurang
setelah dua sampai empat tahun. Apakah ini berarti cinta itu hanya
bersifat sementara?.
Penasaran kan ?, makanya terus baca sampai habis tulisan ini.
Apa Sih Cinta Itu ?
Ada banyak definisi tentang cinta, ada yang bilang cinta itu takdir, cinta
itu buta, cinta itu indah, cinta itu luapan emosi, cinta itu kagum atau
menyukai sesuatu, dan lain sebagainya. Pernyataan diatas tentang cinta
itu adalah benar, namun terlepas dari itu semua, ilmu pengetahuan
mengatakan bahwa cinta itu adalah proses biologis berupa reaksi kimia
didalam tubuh kita.
Cinta dipengaruhi oleh pelepasan hormon/neurotransmitter. Hormon
berasal dari bahasa Yunani “Horman” yang berarti “menggerakan”, atau
dengan kata lain hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau
antar kelompok sel. Berbeda dengan feromon yang dapat menyebar ke
luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu
lain yang sejenis (satu spesies), hormon hanya dapat menyebar di
dalam tubuh. Saat kita mencintai seseorang maka dilepaslah hormonhormon
yang membuat tubuh kita bereaksi, merasakan berbagai
perasaan dan emosi.
Salah satu hormon yang dikeluarkan oleh tubuh itu adalah dopamin.
Dopamin ini memiliki efek selayaknya kokaine. Ketika Anda bertemu
seseorang yang Anda sukai, hormon dopamine ini bekerja dan sifatnya
addictive. Artinya mereka yang menyukai pasangannya seakan-akan
ketagihan untuk terus bertemu dengan orang yang disukainya itu.
Dalam proporsi yang tepat, dopamin menciptakan energi intens,
kegembiraan, dan fokus perhatian, dan itulah sebabnya, ketika Anda
baru jatuh cinta, Anda dapat tetap terjaga sepanjang malam, mendaki
gunung lebih cepat, dan menekan batas kemampuan Anda. Cinta
membuat Anda lebih berani menjalani risiko yang biasanya tidak Anda
ambil. (dalam dosis tinggi bisa jadi juga membuat Anda berani
melakukan resiko seperti bunuh diri.. hiih sereem..).
Cinta Membuat Seseorang Menjadi Bahagia
“Aku tak bisa hidup tanpamu, kamu berada di aliran darahku, kamu
adalah nafasku, aku tak ingat makan, tak ingat minum, tak ingat
bobo, tak ingat mandi dll. semua itu karena mengingat kamu...”.
Mungkin kata-kata lebay dan alay diatas tak asing lagi kita dengar dari
mulut seseorang yang tengah dimabuk asmara. Dalang dibalik keadaan
tersebut adalah hormon fenylethilamin. Selain hormon fenylethilamin
ada juga hormon adrenalin. Sebagian pengaruh dari adrenalin ada yang
mirip dengan fenylethilamin, yaitu mempercepat nafas. Selebihnya ada
lagi hubungannya dengan, "tak ingat makan, tak ingat minum..". Ketika
hormon ini bekerja, efek yang ditimbulkan dapat menghilangkan nafsu
makan karena organ pencernaan jadi bekerja lebih lambat.
Nah, yang berikutnya rada-rada menakutkan. Rupanya, selain hormon
dopamine yang bekerja selayaknya kokaine, ada juga hormon yang
bekerja selayaknya morphine. Hormon ini bernama endorpin. Endorpin
dikatakan adalah morfinnya tubuh karena memang sifatnya yang seperti
morfin (tahukan morfin ?, masih sejenis narkoba juga loh..). Hormon ini
sebenarnya hanya akan muncul ketika kita merasakan sakit,
kegembiraan, dan orgasme. Namun, rupanya ketika kita jatuh cinta,
hormon ini juga bekerja, oleh karena itu orang yang jatuh cinta merasa
bahagia (kadang-kadang membuat senyum-senyum sendiri). Uniknya
ketika Anda memakan cokelat, hormon endorpin ini juga akan
dihasilkan. Itulah sebabnya ada baiknya apabila kita memberikan
hadiah cokelat kepada pasangan kita. :)
Selain itu ada juga vasopresin. Hormon ini memiliki peranan dalam
kegiatan sexual. Hormon ini dapat menekan sekresi air, berperan
sebagai antidiuretik yang dapat mengatur pengeluaran urin. Tanpa
hormon ini, Anda sudah pasti memerlukan bantuan pampers karena
tidak bisa mengatur air kencing sendiri.
Dan yang terakhir adalah oxytocine yang merupakan hormon yang
terkait dengan perasaan kepuasan. Ketika Anda memeluk atau
membelai pasangan Anda, hormon ini akan dihasilkan di hipotalamus.
Cinta Membuat Seseorang Menjadi GILA
Saat kita jatuh cinta, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol
depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja, sebaliknya bagian otak
pengontrol intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja
merespon obat bekerja dengan aktif. Kesimpulannya Menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di University of California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas
Lewis, dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, “jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh
cinta itu lebih merupakan fungsi saraf “. Jadi tidak heran kenapa orang
yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka
-mungkin- "bekerja" tanpa menggunakan otak. (hahaha)
Mengingat penelitian biologi saat ini, tampaknya bahwa ungkapan
"jatuh cinta membuat gila" bukan hanya metafora. Ada banyak bukti
yang menunjukkan bahwa jatuh cinta secara fisiologis mirip dengan
penyakit mental. Misalnya saja gangguan seperti OCD (Obsessive-
Compulsive Disorder). Si penderita OCD biasanya mempunyai pikiran
tertentu yang tak dapat dilenyapkannya (obsesi) atau melakukan suatu
tindakan berulang-kali tanpa kendali (kompulsi). Hal ini berkaitan
dengan ketidakseimbangan serotonin, dan ketika dipelajari, peneliti
menemukan bahwa seseorang yang jatuh cinta memiliki kadar serotonin
40% di bawah normal.
Adakah Yang Namanya Cinta Sejati Itu ?
Yup, tanpa diragukan lagi cinta sejati itu memang ada, buktinya kita
bisa melihat pasangan kakek-nenek yang tetap saling mencintai sampai
ajal memisahkan mereka.
Bagiamanakah Cara Untuk Menciptakan Cinta Sejati ?
Sebelumnya kita harus mengerti dulu apa itu “cinta sejati”. Ada banyak
definisi cinta sejati, jumlahnya tak terhitung saking banyaknya. Namun
kita tak perlu bingung. Toh kebanyakan definisi itu merupakan hasil
pemikiran subyektif dan tidak logis. Supaya tidak terjebak dalam
kebingungan, lebih baik kita bersandar pada definisi cinta sejati yang
ilmiah, obyektif, dan logis.
Salah satu definisi yang ilmiah, obyektif dan logis itu dikemukakan oleh
M Scott Peck dalam The Road Less Travelled. Ia mendefinisikan cinta
sebagai “kemauan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud
memelihara pertumbuhan spiritual diri sendiri atau perkembangan
spiritual orang lain”.
Ungkapan “dengan maksud” pada definisi tersebut digarisbawahi
karena tujuanlah yang terutama membedakan antara cinta dan yang
bukan cinta. Dengan demikian, cemburu buta atau pun upaya
mengekang sang kekasih (walau dengan alasan demi menjaga
keselamatannya) bukanlah cinta sejati.
Dalam pada itu, untuk memelihara perkembangan spiritual orang lain
yang kita cintai, kita perlu lebih dulu mengembangkan diri sendiri.
Mengapa demikian? M Scott Peck menerangkan:
“Bila kita mencintai seseorang, cinta kita dapat dibuktikan atau
diwujudkan hanya dengan cara pengerahan tenaga kita sendiri….
Cinta bukan tanpa usaha. Sebaliknya, cinta itu penuh dengan
usaha”.
Nah, sekarang mari kembali ke bagian ilmu pengetahuannya.
Pasangan dalam hubungan jangka panjang dan bahagia berarti telah
beralih dari kedaan dimabuk asmara akibat dopamin- ke induksi
oxytocin tenang. Oksitosin selain terkait dengan perasaan kepuasan
sebagaimana dituliskan sebelumnya adalah hormon peptida yang
mempromosikan rasa ikatan dan hubungan dan dilepaskan selama
menyusui, pelukan, dan orgasme.
Pasangan yang berhasil dalam mencari cara untuk merangsang
pelepasan oksitosin dalam satu sama lain lebih cenderung senang untuk
tetap selalu bersama. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk
merangsang pelepasan oksitosin, dan dengan demikian tetap saling
terhubung dan bahagia dengan pasangan? (syuut... khusus buat
kelangengan hubungan suami-istri !!)
Inilah rahasianya :
1. Seringlah berpelukan!.
2. Saling memandangi satu sama lain ketika Anda sedang berbicara
atau sedang berduaan.
3. Melakukan petualangan bersama-sama, seperti mengunjungi
tempat-tempat baru, naik roller coaster, berolahraga bersama, dll.
4. Tertawa bersama.
5. Saling memberi pijatan.
6. Setiap kali konflik terjadi, sebelum meningkat menjadi marah.
Segeralah terhubung secara fisik dengan satu sama lain
(berpegangan tangan, memeluk, dll), bernapas bersama-sama
selama beberapa menit, kemudian bicara.
Dengan demikian artikel diatas sekaligus juga menutup akhir
dari tulisan yang masih banyak kekurangannya ini, akhir kata dari
saya semoga bermanfaat !
Referensi Gambar :
http://kolojengking.files.wordpress.com/2009/07/love.jpg
http://lh4.ggpht.com/borneomonkey/SJwFCcoemmI/AAAAAAAAC0k/2Iz
axGNIb-I/s800/LoveLove.jpg
Tentang Penulis :
Yoga P.W. lahir pada tanggal 31 Maret 1989 di perkampungan suku
Sunda, tepatnya di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia.
Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan di Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer
program S1 angkatan ke-2 yakni angkatan 2006.
Pemuda sederhana yang memiliki hobi menulis dan memulai tulis
menulis sejak tahun 2007 ini memiliki keinginan untuk memajukan
bangsa Indonesia dan bercita- cita menjadi seorang pendidik
profesional. Motto hidupnya “hidup didunia hanya sekali” dengan tekad
dan kepercayaan terhadap Allah SWT penulis selalu berusaha untuk
tidak menyia-nyiakan setiap waktu yang diberikan untuknya.
Bandung, 19 Juni 2010, 0:57 WIB
Yoga PW
Http://yogapw.wordpress.com
1 comment:
Wow, mantap, @.@b
Post a Comment